Antisipasi Jurnal Internasional Bodong, UPGRIS Gelar Seminar

Pernahkah Anda membayangkan sebuah toko yang menjual ijasah kelulusan universitas tanpa perlu Anda kuliah? Nah, jurnal predator bisa dibilang mirip dengan itu, tetapi di dunia akademis. Mereka bukanlah lembaga ilmiah sejati, melainkan “perusahaan” yang berkedok sebagai jurnal penelitian.

Tujuannya bukan untuk memajukan ilmu pengetahuan, melainkan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Jurnal-jurnal ini akan menawarkan kemudahan yang menggiurkan bagi para peneliti: “Kirimkan artikel Anda, dan kami jamin akan terbit dengan cepat!”

Namun, janji manis itu datang dengan konsekuensi besar. Jurnal predator tidak memiliki proses peer review yang ketat—proses di mana para ahli di bidang yang sama mengulas dan menilai kualitas sebuah artikel. Alih-alih mengoreksi, mereka akan dengan cepat menerima naskah apa pun yang masuk, asalkan Anda membayar biaya publikasi yang sering kali sangat mahal.

Agar tidak termakan jurnal predator, maka perlu ada pelatihan guna untuk mengantisipasi hal tersebut. Perpustakaan Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia Semarang (UPGRIS), beberapa waktu yang lalu telah mengadakan Pelatihan “Tips dan Trik Menghindari Jurnal Predator” bagi dosen Universitas PGRI Semarang.

Bertempat di Gedung perpustakaan lantai 5, sebagai narasumber Dr. Johan Jang dari “Research Account Manager Elsevier Southeast Asia” dipandu oleh moderator Dr. Sukma Nur Ardini, dosen Pendidikan Bahasa Inggris, UPGRIS. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Rektor Dr, Sri Suciati., M.Hum di sela-sela acara “Brand Refreshment Perpustakaan UPGRIS sekaligus membuka pelatihan.

Dalam sambutannya, Rektor menegaskan pentingnya niteni ciri-ciri jurnal predator. “Akademisi harus tahu ciri-ciri jurnal predator. Itu berbahaya sekali bagi dunia akademik,” terangnya. Rektor juga menambahkana agar akademisi tidak gampang tergiur pada iming-iming semacam itu.

Menurut Prof. Johan, jurnal bodong sangat merugikan akademisi. “Para penulis yang terjebak di dalamnya akan mendapatkan kerugian besar. Reputasi mereka tercoreng, biaya yang sudah dikeluarkan menjadi sia-sia,” terangnya. Selain itu, dampak dari jurnal bodong itu ialah penelitian berharga yang seharusnya bisa menjadi kontribusi bagi ilmu pengetahuan malah hilang dalam pusaran publikasi abal-abal.

More From Author

Tangan Kreatif Mahasiswa KKN, Manfaatkan Serabut Jadi Produk Kerajinan

Lagi dan Lagi, Dosen UPGRIS Terima SK Guru Besar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *