Untuk masuk ke dunia industri mesin diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni. Tidak hanya tahu tentang pengoperasian alat-alat industri, tetapi juga bisa menghasilkan barang-barang komersil produk industri.
Menghadapi hal itu, Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia Semarang (UPGRIS) menggiatkan program “Teaching Factory”, yaitu sebuah model pembelajaran berbasis produksi yang membawa suasana industri nyata ke dalam lingkungan pendidikan.
“Para mahasiswa dan kami (dosen) terlibat langsung dalam proses produksi dua jenis produk. Pertama braket cakram sepeda motor. Komponen ini membutuhkan presisi yang matang serta membutuhkan proses milling untuk membentuk dudukan dan lubang-lubang baut,” ungkap Yuris Setyoadi, M.T., Kaprodi Teknik Mesin UPGRIS, sekaligus pendamping program tersebut (03/09) di Kampus III, Bendan, Semarang.
Ditambahkan, selain spare part komersil tersebut, barang lain yang juga diproduksi ialah keperluan aksesoris tas.
“Bagian-bagian kecil seperti gesper atau gantungan kunci juga diproduksi di sini dengan menggunakan kombinasi proses bubut dan milling untuk detailnya,” terang Yuris.
Menurut Yuris, melalui program ini mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi langsung mempraktikkan seluruh alur produksi. “Mulai dari desain produk, pemrograman mesin CNC, pengoperasian mesin, hingga kontrol kualitas produk jadi, semua dipelajari oleh mahasiswa yang ikut program ini.”
Perlu dikejatui, UPGRIS saat ini memiliki dua mesin yang digunakan untuk program “Teaching Factory”. Mesin pertama CNC Bubut (Lathe) yang berfungsi untuk membuat benda kerja yang berbentuk dasar silindris.
Mesin kedua, CNC Milling yang digunakan untuk membuat benda kerja yang berbentuk dasar kotak atau persegi.
Wakil Rektor I UPGRIS, Dr. Muniroh Munawar, S.Pi, M.Pd., menjelaskan tujuan utama dari teaching factory ini adalah untuk menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri.
”Tentu saja ini untuk memberikan pengalaman kerja nyata kepada mahasiswa dalam mengoperasikan mesin secara langsung dan memahami alur produksi industri.”
Ditambahkan, dari program ini kelak mahasiswa akan mendapatkan portofolio berupa pengalaman memproduksi barang nyata yang sesuai dengan standar industri, yang sangat berharga saat mencari kerja.
Program “Teaching Factory” ini diikuti oleh dua dosen, Yuris Setyoadi, M.T. dan Aan Burhanuddin, M.T., keduanya dosen Teknik Mesin, serta empat mahasiswa Fania Amalia Putri, Alia Dwi Harjanti, Bagus Aditama Alam, dan Axel Zakaria.
