Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia Semarang (UPGRIS) secara resmi meraih status akreditasi “Unggul”. Penetapan ini dikukuhkan melalui Surat Keputusan Direktur Dewan Eksekutif BAN-PT No. 2671/SK/BAN-PT/AK/PT/IX/2025, dengan sertifikat yang berlaku efektif sejak 2 September 2025.
Pengakuan ini menegaskan bahwa UPGRIS telah memenuhi semua kriteria untuk menyandang predikat tertinggi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
Rektor UPGRIS, Sri Suciati, menyampaikan bahwa perjalanan menuju akreditasi unggul ini penuh tantangan. Proses pengajuan sempat terhambat karena perubahan peraturan pemerintah yang terjadi di tengah jalan. Meskipun sempat berpotensi gagal, UPGRIS berhasil menyesuaikan diri dan akhirnya lolos dalam asesmen lapangan.
“Regulasinya berubah-ubah sehingga sempat enggak bisa diajukan. Tapi ternyata regulasi berubah lagi. Dan akhirnya kita bisa maju dan akhirnya di asesmen lapangan dan lolos untuk menjadi perguruan tinggi yang unggul,” jelas Suci pada hari Kamis, 4 September 2025.
Dengan dirilisnya Permendiktisaintek Nomor 39 Tahun 2025 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, Suci menyatakan bahwa tantangan berikutnya adalah menjaga dan meningkatkan standar “Unggul” ini dengan orientasi global. Ia menegaskan bahwa akreditasi nasional tidak lagi cukup, dan UPGRIS harus mulai berorientasi pada akreditasi internasional.
“Kita akreditasinya tidak cukup hanya akreditasi tingkat nasional tetapi juga harus berorientasi ke akreditasi internasional,” ujarnya.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, UPGRIS telah mempersiapkan 12 program studi untuk menuju akreditasi internasional, termasuk PGSD, BK, PG PAUD, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, PTI, Pendidikan Matematika, Pendidikan Fisika, Pendidikan Teknologi Informasi, Bisnis Digital, dan Manajemen.
Suci berharap proses asesmen lapangan yang direncanakan tahun depan dapat berjalan lancar sehingga program-program studi tersebut bisa mendapatkan predikat unggul secara internasional.
Selain itu, UPGRIS juga gencar memperkuat jejaring internasionalnya. Pihak universitas tidak hanya puas dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU), tetapi secara aktif mengimplementasikan kerja sama dengan berbagai institusi pendidikan tinggi dan industri di luar negeri.
“Kita tidak merasa cukup hanya memiliki MoU tetapi kita betul-betul mengimplementasikan kerja sama,” tutup Suci.
